Laman Kami

Monday, November 30, 2020

Buya Hamka: "Kisah Hidup Buya Hamka Bag. 1"

 Buya Hamka: "Kisah Hidup Buya Hamka Bag. 1"


Sumber : https://pwmu.co/wp-content/uploads/2020/07/IMG-20200710-WA0014.jpg

Assalamu’alaykum sahabat Fillah...

Sudah lama saya tidak menulis atikel karena suatu hal, Namun mendadak tergugah setelah membaca buku tentang salah satu Tokoh Bangsa. Menurut saya apa yang penulis sharing nanti dalam artikel pendek ini, sangat dibutuhkan oleh generasi kita sekarang. Mengingat permasalahan Politik dan Agama kian hangat di negeri ini. Semoga artikel ini bisa sedikit memberikan pencerahan untuk kita agar lebih dewasa dalam berpolitik dan beragama.

Tahun 2014-an (semasa kuliah) kurang lebih saya sudah mulai menyukai salah satu tokoh bangsa di negeri ini. Melalui salah satu bukunya yang bejudul “Terusir” saya mulai penasaran dengan biografi dan karya karya penulis tersebut. Penulis itu adalah H. Abdul Malik Karim Amrullah, atau masyarakat biasa mengenalnya dengan sebutan Buya Hamka.

Seperti penjelasan di atas, hari ini kita akan belajar dari Guru Bangsa, Ulama dan sekaligus politikus yang bukan hanya disegani oleh masyarakat Indonesia tapi juga oleh masyarakat dunia. Dalam semasa hidup Buya Hamka banyak dikenang orang bukan hanya karena puluhan karya buku bukunya termasuk tafsir Al-Qur’an 30 Juz nya melainkan juga sifat dan prilakunya yang baik, berprinsip dan pemaaf sehingga banyak dicintai oleh masyarakat Indonesia hingga saat ini.

Dalam menjalankan hidup sebagai seorang Ulama dan Politikus bukan tak ada ujian dan cobaan, Justru ujian dan cobaan itu beliau dapatkan sesama hidupnya bahkan ujian itu beliau dapati dari tokoh tokoh bangsa pada saat itu juga.

Dipenjara selama kurang lebih 2,5 Tahun pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, Fitnah melalui media massa yang digencarkan oleh dua surat kabar harian berbau komunis di Ibukota, yaitu Harian Rakyat dan Harian Bintang Timur dan Perseteruan Buya Hamka dengan tokoh Mr Moh. Yamin dalam merumuskan dasar negara.

Ketiga ujian tersebut beliu selesaikan dengan hikmah (bijaksana), hikmah yang bukan hanya untuk beliau sendiri tapi juga bisa kita nikmati dan kita pelajari untuk siapapun yang mau belajar dari sosok Buya Hamka.

Ketiga ujian tersebut tentu hanya pengantar dari beberapa kisah inspiratif  dari sosok Buya Hamka, namun penulisi ingin sedikit lebih menekankan pada kisah perseteruan Buya Hamka dengan Tokoh Bangsa Mr Moh. Yamin dalam perbedaan merumuskan dasar negara.

Pada Tahun 1955 sampai 1957 Buya Hamka cukup aktif dalam menjalankan tugasnya sebagai anggota Konstituante. Lembaga Konstituante ini lahir pada masa pemerintahan Presiden Soekarno dengan tugas untuk membentuk undang-undang Dasar Negara pengganti UUDS 1950.

Didalam anggota konstituante terdapat dua perbedaan pandangan terhadap dasar negara yang cukup mendapatkan perhatian banyak pihak. Kedua pandagan itu mengerucut pada 2 hal, yaitu :

  1. UUD 45 berdasarkan Syariat Islam
  2. UUD 45 berdasarkan Pancasila

Pandangan pertama diperkasai oleh Partai Masyumi dari golongan Islamis sedangkan pandangan kedua di Perkasai oleh Partai Nasional Indonesia (PNI) dari golongan Nasionalis. Buya Hamka pada golongan Islamis sedangkan Ms Moh. Yamin pada golongan Nasionalis. Singkat cerita Buya Hamka dalam suatu acara persidangan, ia dengan berani menyampaikan pidato politiknya dihadapan anggota sidang konstituante dengan berkata,” Bila kita mengambil dasar negara berdasarkan Pancasila, sama saja kita menuju nereka!”. Sontak peryataan Buya Hamka membuat terkejut anggota sidang tersebut. Bukan hanya dari golongan Nasionalis, melainkan dari golongan Islamis pun  sontak ikut terkejut dengan peryataan Buya Hamka yang cukup tegas dan berani tersebut.

Baca Juga: Biorgrafi Antonio Gramsci

Hal ini yang jelas mendapatkan perhatian banyak pihak, Tokoh bangsa Mr Moh. Yamin dari Fraksi PNI (Golongan Nasionalis) Pun ikut marah dengan pernyataan Buya Hamka. Tokoh PNI ini tidak hanya marah besar, melainkan juga berlanjut kebencian pada Buya Hamka. Kebencianya juga terlihat bukan hanya pada sidang konstituante melainkan juga pada acara-acara resmi dan seminar kebudayaan lainnya. Pada akhirnya melalui dekrit Presiden, Soekarno membubarkan Konstituante dan Parlemen lalu menetapkan Pancasila sebagai Dasar Negara.

Singkat cerita, tokoh Moh. Yamin yang pernah membenci Buya Hamka jatuh sakit pada tahun 1962. Beliau dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Dasar (RSPAD). Lalu datang Bapak Chaerul Saleh, mantan salah seorang Menteri Kabinet Soekarno mengunjungi rumah Buya Hamka menyampaikan pesan dari Bapak Moh. Yamin, setelah sebelumnya menelpon Buya Hamka akan perihal kabar sakitnya Moh. Yamin dan rencana kedatangannya yang ingin bertemu dengan Buya Hamka.

Dalam kunjunganya ke Rumah Buya Hamka, beliau pun menyampaikan pesannya kepada Buya Hamka.

“Apa Pesannya?,” Tanya Buya Hamka.

“Pak Yamin Berpesan agar saya menjemput Buya ke Rumah Sakit. Beliau ingin menjelang ajalnya, Buya dapat mendampinginya. Saat ini, Pak Yamin dalam keadaan sekarat,” Jawab Pak Khaerul Saleh.

Mendengar perkataan itu, Buya Hamka agat terkejut, Sekilas terbayang olehnya sikap bermusuhan dan bencinya Moh. Yamin terhadapnya. Singkat cerita, Buya Hamka pun langsung menuju RSPAD untuk menemui Moh. Yamin.

Sesampainya disana, Moh. Yamin tampak terbaring ditempat tidurnya dengan selang infus dan oxygen yang terpasang padanya. Melihat kedatangan Buya Hamka, Moh. Yamin tampak agak berseri melihat kedatangan Buya Hamka. Dengan gerakan yang sangat lemah ia mencoba melambaikan tangannya kepada buya Hamka, sebagai isyarat agar Buya Hamka  mendekat. Buya Hamka pun mendekat dan menjabat tangan Moh. Yamin lalu mencium kening tokoh yang bertahun-tahun tampak membencinya. Dengan lirih yang lemah Moh. Yamin berbisik,”terimkasih telah sudi untuk datang. Seketika dari kelopak mata Moh. Yamin pun tampak air mata menggenang.

“Dampingi saya!” bisiknya lagi pada Buya Hamka.

Tangan Buya Hamka masih terus menggenggamnya, dan mendampinginya denga surat Al-Fatihah. Kemudian kalimat la illaha illalah. Dengan lemah Moh. Yamin mengikutinya, Buya Hamka mengulanginya sebanyak 2 kali. Pada saat yang ke 2, tidak terdengar lagi suara lirih dari Moh. Yamin hanya berupa mengencangkan tangannya kepada Buya Hamka disampinya. Lambat laun, genggaman tangganya pun melemah dan terasa dingin lalu genggaman itupu perlahan terlepas.

Lalu seorang Dokter datang memeriksa, Dokter itupun memberi tahu bahwa Moh. Yamin telah meninggal dunia. Innalillahi wa inna’ilaihi raji’un.

Moh. Yamin pun telah tiada, beliau dimakamkan di Desa Talawi, Sawahlunto, Sumatra Barat dan ditemani pula oleh Buya Hamka sampai proses akhir pemakaman selesai.

Semoga Allah SWT memberkahi kedua tokoh bangsa tersebut dan meridhoi amal perbuatannya.

Itulah sepenggal kisah inspiratif dari sosok Buya Hamka yang mungkin jarang kita temui di buku-buku sejarah. Kisah yang bukan hanya kaya akan nilai sejarah, tapi juga tentang moral dan akhlak luhur yang tertanam pada sosoknya. Semoga kita bisa mengambil hikmah dari berbagai kisah yang dialami oleh Buya Hamka agar selalu berpikir positif dan yakin bahwa setiap manusia pada dasarnya baik serta memaafkan jauh lebih menentramkan daripada larut dalam kebencian.

Wa’alaykumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Note: Untuk lebih jelasya kalian bisa membaca buku biografi Buya Hamka yang berjudul Ayah. Buku ini ditulis oleh salah satu anaknya yang bernama Irfan Hamka

Instagram : @rafiadly29

Jasa NIB Perorangan Jakarta | 081394494132

 Jasa NIB Perorangan Jakarta | 081394494132 Assalamu'alaykum, Hallo sobat milenial, gak kerasa ya sudah 11 bulan lamanya kita hidup di e...