Laman Kami

Friday, June 21, 2019

Apa Itu Remaja?


 Apa Itu Remaja?
(Analisis Deskriptif Berdasarkan Teori dan Observasi)

Oleh : Susanti,S.Sos


Sumber Gambar : https://www.kompasiana.com/zaenalabidin/550dc89fa333111b1b2e3efe/begitu-parahkah-remaja-indonesia

            Masa remaja disebut pula sebagai masa penghubung atau masa peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada periode ini terjadi perubahan-perubahan besar dan terjadi kematangan fungsi-fungsi rohaniah dan jasmanisah terutama fungsi seksual. Selajutnya yang paling menonjol pada masa ini adalah adanya kesadaran mendalam mengenai diri sendiri dimana anak muda mulai meyakini kemauan dan cita-cita sendiri. Dengan jalan tersebut ia menemukan jalan hidupnya serta mulai mencari nilai-nilai tertentu, seperti kebaikan, keluruhan, kebijaksanaan dan sebagainya.[1]
            
       Masa remaja atau disebut pula sebagai masa pubertas, dimana pada umumnya terjadi dalam empat fase yaitu: masa awal pubertas (masa Peural atau pra pubertas (12-14tahun)), masa menentang kedua/fase negatif, masa pubertas sebenarnya (17 tahun), dan masa adolesensi (17-21 tahun).[2] Ada pula yang dikemukakan oleh Mappiare, dimana masa remaja ini berlangsung bagi perempuan antara 12-21 tahun sedangkan 13-22 bagi laki-laki. Selanjutnya diklasifikasikan kedalam beberapa fase diataranya: Remaja awal (13-15 tahun), Remaja Madya (17-19 tahun) dan remaja akhir (20-22 tahun). Mengeai batasan usia ini pun berbeda pendapat dengan Soekanto dimana menurutnya golongan remaja muda adalah para gadis yag berusia 13-17 tahun. Sedangkan bagi laki-laki remaja muda berusia dari 14-`17 tahun. Sedangkan apabila remaja tersebut menginjak usia 17 tahum-18 tahun, mereka lazim disebut pemuda-pemudi.[3]

            Pada masa ini remaja cenderung masih mencari jati diri yang sebenarnya. Oleh sebab itu tidak jarang pada masa remaja ini sering terjadi hal-hal negatif. Pentingnya fase remaja ini diisi dengan hal-hal yang megarah pada kebaikan sehingga akan berimplikasi pada kualitas generasi muda yang akan datang.

            Namun yang terjadi saat ini pada masa remaja justru dijadikan sebagai masanya untuk mencoba-coba, namun sangat disayangkan masa coba-coba tersebut mengarah pada suatu tindakan negatif. Hal in justru akan merusak masa depan generasi bangsa. hal ini terkiat pula sebagaimana menurut Soekanto bahwa keremajaan merupakan gejala sosial yang bersifat sementara, karena berada pada usia kanak-kanak dengan usia dewasa. Sifat sementara dari kedudukannya mengakibatkan remaja masih mencari identitasnya, karena oleh anak-anak mereka sudah dianggap dewasa, sedangkan oleh orang dewasa mereka masih dianggap kecil.[4]

        Remaja masa kini memang berbeda dengan versi remaja masa lampau. remaja masa kini sudah hidup pada arena yang serba kompleks serta berada di tengah zaman teknologi yang semakin canggih. sehingga mau tidak mau remaja masa kini pun ikut terlibat didalamnya. Bahkan saat ini semakin banyak bermunculan media sosial yang ada, seperti Instagram, Whats App, Facebook dan lain-lain.

          Hal diatas menunjukan adanya suatu permasalahan, yang bukan hanya terlihat karena pengaruh dari luar saja, namun remaja pula memiliki sutau permasalahan pribadi, diantaranya:[5] 
  1. Persoalan yang dihadapi di rumah, misalnya soal disiplin, hubungan dengan anggota-anggota keluarga lainnya dan seterusnya. Persoalan yang dihadapi di sekolah, umpamanya hubungan dengan para guru, nilai-nilai, kegiatan esktrakulikuler, pola keteremapilan dan lain-lain
  2. Persoalan kondisi fisik, misalnya kesehatan individual, kesehatan sosial dan seterusnya
  3. Masalah penampilan, misalnya ketampanan, kecantikan, pola pakian dan lain-lain
  4. Masalah penyerasian sosial, misalnya pergaulan dengan sebaya, kepemimpinan dan seterusnya
  5. Masalah nilai-niai, misalnya moralitas, seksual, pergaulan dna lain-lainnya
  6. Masalah rasa Khawatir, misalnya rasa berbahaya, kekecewaan, dan seterusnya. 
      Ada beberapa hal yang menjadi ciri-ciri remaja yang sekaligus menjadi harapan-harapan remaja itu sendiri, diantranya: perkembangan fisik yang pesat, keinginan yang kuat untuk mengadakan interaksi sosial dengan kalangan yang lebih dewasa atau yang dianggap lebih matang pribadinya, keinginan yang kuat untuk mendapatkan kepercayaan dari kalangan dewasa, mulai memikirkan kehidupan secara mandiri, adanya perkembangan taraf intelektualitas, menginginkan sistem kaidah dan nilai yang serasi dengan kebutuhan atau keinginannya. Hal tersebut sekaligus menjadi harapan-harapan remaja. Oleh sebab itu karena mereka masih belum mantap identitasnya, maka dengan sendirinya diperlukan panutan untuk membimbing mereka untuk mencapai cita-cita atau memenuhi harapan-harapan. Hal tersebut dilakukan karena terkadang remaja untuk memenuhi harapan-harapannya tersebut dicapai dengan cara yang salah atau tidak wajar. Bimbingan tersebut pada initinya diperlukan untuk mencegah efek negatifnya yang dilakukan dengan cara persuasif. Hal tersebut dilakukan karena pada periode remaja ini masih dihiasi oleh fator-faktor emosional.[6] Oleh sebab itu diperlukan bimbingan yang benar khsusunya dari orang tua. Karena para remaja menginginkan bimbingan dari orang tuanya sebagai panutannya. Apabila hal tersebut tidak diterima maka akan menyebabkan frustasi.


Catatan Kaki:
[1]               Kartini Kartono, Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan), (Bandung: Mandar Maju, 1995), hal. 148
[2]               Ibid., hal. 149
[3]               Soerjono Soekanto, Sosiologi Keluarga (Jakarta: RinekaCipta, 2009), hal. 50
[4]               Ibid., hal 51
[5]               Ibid., hal. 50-51
[6]               Ibid., hal 52-52


Daftar Pustaka:
Soekanto, Soerjono. 2009. Sosiologi Keluarga. Jakarta: RinekaCipta
Kartono, Kartini. 1995. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung: Mandar Maju,

Mau Artikel ini format Word atau PDF ?
Follow Instagram kami @rafiadly29 dan @susanti.faqot07

Tuesday, May 14, 2019

Ramadhan kok Warung siang hari Di Razia?

Ramadhan kok Warung siang hari Di Razia?


https://assets.jalantikus.com/assets/cache/1380/600/gokil/2016/08/23/krusty-krab.jpeg


"Saat Ramadhan, Warung Siang Hari biarkan saja di buka gak perlu di Tutup. Yang perlu di tutup itu Hawa Nafsunya"

Coba deh kita open mind...

Di Bali saat hari Nyepi, kita menghargai hari rayanya Umat Hindu untuk tidak beraktivitas di hari Nyepi...

Pola pikir itu ( Lihat Paragraf Pertama )  yang menurut mereka toleransi justru menciderai toleransi itu sendiri...

Saya gak kebayang, kalo generasi muda sekarang punya pola pikir seperti itu.

Itu sama dalil dan doktrin yang dimiliki oleh orang liberal yang jauh dari prinsip kemanusiaan apalagi agama...

Kita lihat bagaimana dalil orang liberal saat prostitusi di tutup? Dalil nya sama kaya paragraf awal.

"Yang perlu di tutup itu bukan prostitusi nya tapi adalah nafsu dan rasa paling benar sendiri".

Sumpah, kacau... Kalo gitu gak perlu juga dong narkoba di larang edar. Edarkan aja gak perlu di razia. Yang penting ajarkan tentang bahaya narkoba kpd rakyat

Asli kacau bin absrud...

Indonesia ini negara muslim terbesar dan juga negara yang menganut nilai nilai agama.

Sudah sepatutnya saling menghargai. Bukan malah buka warung terang terangan  di siang hari saat mayoritas umat Islam sedang menjalankan ibadahnya.

Sama halnya ketika Umat Hindu sedang Nyepi. Kita umat Islam jangan juga terang terangan beraktivitas atau jualan di hari Nyepi. Kenapa? Karena menghargai!

Coba inget - inget kembali deh ajaran orang tua dulu kita. Saat kita masih kecil dan tidak berpuasa atau puasa cuman tengah hari. Apa yang orang tua kita bilang?

"Nak, Makannya ngumpet ya. Malu sama orang!

#Semangaaaat

Oleh : Rafi Adly | Tangerang, 15-05-2019

Jasa NIB Perorangan Jakarta | 081394494132

 Jasa NIB Perorangan Jakarta | 081394494132 Assalamu'alaykum, Hallo sobat milenial, gak kerasa ya sudah 11 bulan lamanya kita hidup di e...